16 tahun sudah aku mengenal kata “guru” dalam hidupku.
Bermulai ketika aku duduk dibangku tanaman kanak-kanak selama setahun,
dilanjutkan dengan jenjang wajib belajar 9 tahun dan disekolah menengah atas
selama 3 tahun. Termasuk hingga saat ini aku berada di perguruan tinggi,
disinipun aku mengenal sosok guru dalam dunia perkuliahan mereka yang biasa
disapa “dosen” juga merupakan guru bagiku.
Sebenarnya diluar dari guru-guru diatas terdapat juga guru-guru
lain dalam hidupmu. Dimana mereka memberikan pelajaran hidup yang luar biasa
bagiku, yaitu kedua orang tuaku. Ya, memang kedua orang tuaku menjadi guru
bagiku untuk mengajariku cara berjalan dan berbicara. Mereka menjadi guru
bagiku hingga saat mereka menitipkanku kepada guru-guru yang sesungguhnya
dibangku sekolah nantinya.
Saat memasuki bangku taman kanak-kanak yang ku tahu hanyalah
hari-hari yang penuh canda tawa. Hari-hari disekolah menjadi tidak membosankan
dengan adanya ibu guru yang kreatif. Ibu guru tidak akan membiarkan anak
muridnya bersedih apa lagi sampai menangis. Yang ku ingat pernah suatu saat
bunda belum menjemputku, dikarenakan bunda dinas sore di rumah sakit umum
daerah ketika itu. Lalu dengan sabar ibu guru mengantarkan ku pulang ke tempat
bunda bekerja.
Enam tahun disekolah dasar juga banyak memberiku pelajaran,
banyak pula kenangan yang terjadi antara aku, teman-teman, dan guru. Saat masuk
SD aku belum bisa baca tulis, ya hal ini dikarena aku yang terlena dengan canda
tawa di TK atau mungkin karena pada zamanku dulu memang begitulah porsi
seharusnya pendidikan anak-anak. Hahahaaaa, dengan mendapat perlakuan spesial
aku mengikuti les setelah jam pulang sekolah. Ibu guru dengan sabar pulang
terlambat kerumah hanya untuk mengajariku dan teman-teman yang senasib membaca,
menulis, dan berhitung.
Ada satu kenangan disekolah dasar yang tak akan aku lupakan
begitu saja. Saat dimana aku mendapati salah seorang bapak guru ku menangis
diruang guru. Sosok bapak yang kukira kuat, bahkan menitikan airmatanya
dikarenakan salah seorang muridnya susah diatur. Ternyata begitulah seorang
guru, walaupun dia laki-laki namun akan bersedih jika muridnya berbuat yang tak
semestinya. Yang ku tau guru-guru disekolah ku sangat menyayangi
murid-muridnya.
Dibangku SMP aku mendapatkan pelajaran yang sangat besar
tentang arti kejujuran, tanggungjawab, dan kepatuhan terhadap hukum. Saat itu
aku sudah duduk dikelas 3 SMP, dimana setiap siswa kelas 3 wajib mengikuti les
tambahan disekolah setelah jam pulang sekolah. Pada suatu hari ibu kepala
sekolah marah besar dengan siswa kelas 3 yang membawa sepeda motor kesekolah.
Hal ini terjadi akibat insiden hari kemarin, salah seorang temanku menabrak
pagar rumah mewah yang tepat berada didepan sekolahku hingga penyok. Temanku yang
menabrak ini bukannya bertanggungjawab malah kabur, sehingga pemiliki rumah
melapor ke pihak sekolah. Ibu kepala sekolah yang marah mengundang polentas
untuk mengarahkan kami yang membawa kendaraan. Sejak saat itu siswa yang tidak
memiliki SIM dilarang membawa motor kesekolah. Setelah kejadian ini ibu kepala
sekolah bercerita kepada kelasku. Ibu marah karena ibu sangat sayang dengan
kami siswanya, ibu gak mau terjadi hal yang tidak diinginkan diluar sekolah.
Hal-hal yang tidak diinginkan ini seperti kecelakaan lalulintas yang bisa saja
lebih parah daripada sekedar menabrak pagar rumah. Ibu juga ingin mengajarkan
kepada murid-muridnya untuk bertanggung jawab.
Ketika SMA terlalu banyak kenanganku bersama guru-guru, baik
itu kenangan indah maupun kenangan buruk. Hehehe, mulai dari canda tawa bersama
didalam kelas hingga dipanggil ke ruang BK. Aku sampai bingung bagaimana
menceritakannya, yang aku tau di bangku SMA aku mendapati arti hidup yang
sesungguhnya dari guru-guruku. Ada salah seorang guruku yang begitu memberikan
perhatian kepada siswanya. Saat itu ada seorang siswi yang bermasalah harus
dikeluarkan dari sekolah. Siswi tersebut ketahuan hamil diluar nikah, namun
pihak sekolah tidak serta merta mengeluarkan siswi tersebut. Siswa tersebut
diberi kesempatan untuk mengundurkan diri dengan terhormat. Padahal siswi
tersebut sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Guru bahasa Inggris yang
begitu care sama siswa ini tidak tinggal diam. Begitu siswi tersebut
melahirkan, mam (panggilan sehari-hari guru bahasa inggris tersebut)
menghubunginya dan menyarankan untuk kembali mendaftar disalah satu sekolah
swasta yang ada dikotaku. Mam membantu siswi tersebut sepenuhnya hingga siswi
tersebut dapat mengikuti UN dan akhirnya siswi tersebut dapat lulus SMA.
Hingga saat ini aku berada ditahun terakhirku di salah satu
perguruan tinggi negeri aku masih mendapati sosok-sosok guru pada dosen-dosenku
disini. Mereka yang siap selalu untuk membantu dan mendidik mahasiswanya.
Dosen-dosen yang hadir dikelas tak hanya sekedar mengajar, tapi juga mendidik
kami agar kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi negeri ini.
Sebenarnya aku tak dapat menjabarkan bagaimana sosok “guruku
pahlawanku” tapi aku hanya menjabarkan “arti seorang guru bagi hidupku. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagiku dan bagi kita semua.
Terimakasihku untuk Guru-Guruku di :
TK Pertiwi Disbun Kota Pontianak 1996-1997
SD Muhammadiyah 2 pontianak Thn 1997-2003
SMP Negeri 10 Pontianak Thn 2003-2006
SMA Negeri 3 Pontianak Thn 2006-2009
(Dosen) Fakultas Hukum Universitas Andalas 2009-Sekarang
No comments:
Post a Comment
Ayo Berbagi Indahnya Hidup